Seulas Pesan Tentang Hari Itu

Seulas Pesan tentang Hari Itu

Gurumu, memang bukan manusia sempurna. Tapi percayalah, jika saja kau tau apa yang telah di lakukannya sebelum akhirnya bisa berdiri di hadapanmu; jika saja kau tahu pengorbanannya untuk membuatmu pandai; jika saja kau tahu seberapa besar keinginannya untuk melihatmu menjadi yang terbaik.

Aku, dulu aku tidak tahu, hingga akhirnya sebuah kesempatan membuatku sempat menyicipi "bagaimana rasanya menjadi guru". Ini bukan pekerjaan mudah. Juga bukan hal ecek-ecek yang bisa kau sepelekan. Ini pekerjaan yang tak hanya menguras tenaga dan fikiran, tetapi juga menguras emosi.

Rasa sayang, haru dan harap, semuanya menggunung kala itu. Bukan lagi ingin melihat diri ini menjadi sukses, tapi justru ingin melihat anak-anak baik itu menjadi lebih sukses. Setiap melihat mereka menulis dengan fokus, ada satu hal yang selalu aku bayangkan. Bahwa pada suatu hari kelak, pastilah mereka akan mendewasa, menjadi sosok bijaksana, serta berwajah tampan dan cantik. Mereka bukan lagi anak-anak umur belasan tahun yang masih bisa bertingkah lucu dan menggelikan. Sebab saat itu, mereka mungkin sudah menjadi seorang engineer, ahli farmasi, apoteker, ahli kimia, dokter, perawat, bidan, atau mungkin jadi polisi atau tentara. 

Mereka mungkin akan lupa denganku. Sebab saat itu, bisa jadi aku masih tetap menjadi guru. Duduk di kursi dan meja yang makin usang, serta papan tulis yg mulai mengelupas. Menunggu pergantian datang dan perginya murid-muridku. Dengan tetap selalu menyayangi dan merindukan mereka. Semuanya.

Ingat, bagaimanapun sikap gurumu, dia tetaplah gurumu. Kadang kita hanya tidak tahu, bahwa rupanya dibalik marahnya tersimpan harap dan cemas yang terlalu tinggi; di balik tawanya, tersimpan guratan pedih tentang rasa takut akan kehilangan; serta di balik acuhnya, tersimpan rasa sayang yang teramat dalam untukmu. Yang jika saja bisa kau intip bentuk sayangnya padamu, maka kau mungkin akan menitikkan air mata. 

Jika saja kau tahu, bahwa kau adalah alasan bagi gurumu untuk tetap menjadi guru. Dan kau juga alasan bagi gurumu untuk tetap memijakkan kaki di hadapan kelasmu setiap hari meski entah apapun yang sedang terjadi kala itu di sisi lain dari kehidupannya.

Jasa guru memang tidak sebesar jasa ibu yang telah melahirkanmu. Tapi sebagai orang yang juga mendidikmu dengan kasih, maka percayalah bahwa uang yang ia terima sejauh ini tak pernah bisa setara dengan apa yang telah ia beri. 

Pekanbaru, 10 Februari 2016

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengertian Tahannuts, Hijrah, Suluk, dan Khalwat

Pencairan Lapisan Es Memperburuk Pemanasan Global